Dampak Banjir di Sumut: Pengungsi Keluhkan Gatal-gatal dan Kemerahan di Kaki
Bencana banjir di Sumut (Sumatera Utara) yang melanda beberapa kabupaten/kota sejak beberapa hari terakhir terus menimbulkan dampak yang signifikan bagi para pengungsi. Selain kehilangan tempat tinggal dan harta benda, para pengungsi kini mulai mengeluhkan masalah kesehatan, salah satunya adalah munculnya rasa gatal-gatal dan kemerahan pada kaki. Kondisi ini diduga kuat disebabkan oleh paparan air banjir di Sumut yang kotor dan bercampur limbah dalam waktu yang lama di lokasi pengungsian.
Berdasarkan pantauan di beberapa posko pengungsian yang tersebar di Kabupaten Langkat dan Kota Medan pada Kamis, 17 April 2025, sejumlah pengungsi terlihat menggaruk-garuk kaki mereka yang tampak merah dan iritasi. Beberapa pengungsi, terutama anak-anak dan lansia, bahkan menunjukkan kondisi kulit yang lebih parah dengan luka lecet dan perih. Mereka mengaku bahwa rasa gatal mulai muncul setelah beberapa hari berada di pengungsian dan seringkali harus berinteraksi dengan air banjir di Sumut saat mengambil bantuan atau beraktivitas di sekitar posko.
Salah seorang pengungsi di Kecamatan Tanjungpura, Kabupaten Langkat, Ibu Siti (48 tahun), menuturkan bahwa ia dan beberapa pengungsi lainnya mulai merasakan gatal-gatal sejak dua hari terakhir. “Awalnya cuma gatal biasa, tapi lama-lama jadi merah dan perih. Mungkin karena air banjirnya kotor,” ujarnya dengan nada khawatir. Kondisi serupa juga dialami oleh sejumlah pengungsi di Medan Marelan.
Menanggapi keluhan kesehatan para pengungsi akibat dampak banjir di Sumut ini, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara melalui Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P), dr. Amri Fadli, menyatakan bahwa pihaknya telah menerima laporan mengenai keluhan gatal-gatal dan kemerahan pada kaki para pengungsi. Pihaknya telah menerjunkan tim medis ke berbagai posko pengungsian untuk melakukan pemeriksaan dan memberikan pengobatan yang diperlukan. “Kami mengimbau kepada para pengungsi untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan di sekitar posko. Kami juga telah menyediakan obat-obatan dan salep untuk mengatasi masalah kulit akibat paparan air banjir,” jelas dr. Amri. Selain itu, pihaknya juga mengantisipasi potensi penyebaran penyakit lain yang mungkin timbul akibat banjir di Sumut, seperti diare dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Bantuan logistik berupa air bersih dan perlengkapan kebersihan juga terus disalurkan ke posko-posko pengungsian.