Banyak Asap, Penerbangan di Sumatera dan Kalimantan Masih Amburadul

Kabut asap tebal yang menyelimuti sebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) semakin mengkhawatirkan. Kondisi ini tidak hanya mengganggu aktivitas sehari-hari warga, tetapi juga berdampak signifikan pada sektor transportasi udara. Sejumlah penerbangan dilaporkan mengalami penundaan (delay) bahkan pembatalan (cancel), menyebabkan kekacauan dan ketidakpastian bagi para penumpang.

Buruknya kualitas udara dan minimnya jarak pandang menjadi alasan utama terganggunya jadwal penerbangan. Pilot tidak dapat mengambil risiko menerbangkan pesawat dalam kondisi visual yang sangat terbatas, demi keselamatan seluruh penumpang dan kru. Bandara-bandara di beberapa kota di Sumatera dan Kalimantan terpaksa menunda atau membatalkan penerbangan hingga kondisi kabut asap membaik dan jarak pandang kembali normal.

Kondisi “amburadul” ini tentu merugikan banyak pihak. Para penumpang terpaksa menunda perjalanan penting mereka, baik untuk urusan bisnis, keluarga, maupun pariwisata. Maskapai penerbangan juga mengalami kerugian akibat penundaan operasional dan potensi penurunan jumlah penumpang. Lebih jauh lagi, terganggunya konektivitas udara dapat berdampak pada perekonomian daerah yang mengandalkan transportasi udara untuk distribusi barang dan mobilitas masyarakat.

Pemerintah dan pihak terkait terus berupaya mengatasi karhutla yang menjadi sumber utama kabut asap ini. Pemadaman api melalui jalur darat dan udara terus diintensifkan. Namun, luasnya lahan yang terbakar dan kondisi cuaca yang tidak menentu menjadi tantangan tersendiri.

Masyarakat di Sumatera dan Kalimantan diimbau untuk terus memantau informasi terkini mengenai kondisi penerbangan dan kualitas udara. Penggunaan masker saat beraktivitas di luar ruangan sangat disarankan untuk melindungi kesehatan dari dampak buruk kabut asap. Diharapkan, upaya penanggulangan karhutla dapat segera membuahkan hasil sehingga kabut asap dapat menghilang dan aktivitas penerbangan kembali normal.

Kondisi kabut asap yang persisten tidak hanya mengganggu jadwal penerbangan saat ini, tetapi juga berpotensi menimbulkan dampak jangka panjang. Maskapai mungkin akan menghadapi penurunan kepercayaan penumpang jika ketidakpastian jadwal terus berlanjut. Selain itu, biaya operasional maskapai juga dapat meningkat akibat penundaan dan pembatalan penerbangan. Sumatera dan Kalimantan dapat kembali beroperasi normal dan memberikan kepastian bagi masyarakat.