Palembang, sebuah kota yang dibelah oleh Sungai Musi yang ikonik, menyimpan kekayaan sejarah yang luar biasa. Kota ini bukan sekadar ibu kota Sumatera Selatan, tetapi juga merupakan salah satu kota tertua di Indonesia, dengan jejak peradaban yang membentang ribuan tahun. Sejarah berdirinya Palembang sangat erat kaitannya dengan kemunculan salah satu kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara, yaitu Sriwijaya.
Bukti arkeologis dan prasasti-prasasti kuno menjadi saksi bisu kemegahan masa lalu Palembang. Salah satu prasasti penting adalah Prasasti Kedukan Bukit yang bertarikh 682 Masehi, yang ditemukan di Bukit Siguntang, Palembang. Prasasti ini menceritakan tentang Dapunta Hyang Sri Jayanasa yang melakukan perjalanan suci dan kemudian mendirikan permukiman yang menjadi cikal bakal Sriwijaya. Dari sinilah, Palembang diyakini sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya, sebuah kekuatan maritim dan perdagangan yang menguasai jalur pelayaran strategis di Selat Malaka dan sekitarnya selama berabad-abad.
Pada masa kejayaannya, Sriwijaya dikenal sebagai pusat pendidikan agama Buddha yang penting di Asia Tenggara, menarik banyak biksu dan pelajar dari berbagai penjuru dunia. Pengaruh Sriwijaya begitu luas, meliputi sebagian besar Sumatera, Semenanjung Malaya, dan bahkan Jawa Barat. Keberadaan permukiman di tepian Sungai Musi sangat mendukung aktivitas perdagangan internasional, menjadikan Palembang kota yang makmur dan kosmopolitan pada masanya.
Namun, kejayaan Sriwijaya mulai meredup sekitar abad ke-13, terutama setelah serangan dari Kerajaan Singasari dan kemudian Majapahit. Setelah keruntuhan Sriwijaya, Palembang tidak lantas kehilangan signifikansinya. Wilayah ini kemudian menjadi bagian dari Kesultanan Palembang Darussalam pada abad ke-17. Pada masa kesultanan ini, Palembang kembali menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan Islam yang penting, dengan arsitektur masjid dan istana yang megah.
Memasuki era kolonial, Palembang menjadi rebutan antara Belanda dan Inggris. Belanda akhirnya berhasil menguasai Palembang pada abad ke-19 dan menjadikannya salah satu residensi penting dalam pemerintahan Hindia Belanda. Banyak bangunan bergaya kolonial yang masih berdiri kokoh di Palembang saat ini menjadi saksi bisu periode tersebut. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, Palembang terus berkembang menjadi kota metropolitan modern. Meski telah bertransformasi, Sungai Musi dengan Jembatan Ampera-nya tetap menjadi denyut nadi kota.
