Kabar tragis kembali datang dari Riau, di mana seorang pekerja kebun dilaporkan tewas akibat serangan Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae). Insiden memilukan ini terjadi di Desa Pulau Muda, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau, menambah daftar panjang konflik antara manusia dan satwa liar yang semakin mengkhawatirkan di Indonesia.
Kejadian Pekerja Kebun di Riau tentu menimbulkan duka mendalam bagi keluarga korban dan menjadi perhatian serius bagi berbagai pihak, terutama terkait keselamatan pekerja di area yang berbatasan dengan habitat harimau dan upaya konservasi satwa langka tersebut. Serangan ini mengindikasikan adanya tekanan terhadap ruang hidup harimau akibat aktivitas manusia, seperti perluasan perkebunan dan deforestasi, yang memaksa mereka mencari makan di luar habitat alaminya dan berinteraksi dengan manusia.
Korban yang diketahui bernama Amri (40) ditemukan tewas dengan luka cakaran dan gigitan di sekujur tubuhnya. Peristiwa nahas ini terjadi saat korban sedang bekerja di areal tanaman akasia milik PT Arara Abadi, sebuah perusahaan pemasok kayu untuk APRIL Group.
Konflik manusia dan harimau seringkali dipicu oleh hilangnya habitat alami dan menipisnya ketersediaan mangsa di hutan. Harimau yang kehilangan wilayah jelajah dan kesulitan mendapatkan makanan akan terpaksa memasuki area perkebunan atau pemukiman untuk mencari sumber kehidupan. Situasi ini sangat berbahaya bagi kedua belah pihak.
Penting untuk melakukan investigasi menyeluruh terkait insiden ini guna mengetahui secara pasti kronologi kejadian dan faktor-faktor yang melatarbelakanginya. Langkah-langkah mitigasi konflik satwa liar yang lebih efektif dan berkelanjutan perlu segera diimplementasikan. Ini termasuk sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat dan pekerja kebun mengenai cara aman berinteraksi atau menghindari pertemuan dengan harimau, serta peningkatan patroli dan pengawasan di area rawan konflik.
Selain itu, upaya konservasi habitat Harimau Sumatera harus terus diperkuat. Pemerintah dan perusahaan perkebunan perlu bekerja sama dalam menjaga kelestarian hutan, memulihkan koridor-koridor satwa liar, dan memastikan keberlangsungan hidup mangsa alami harimau di habitatnya.
Tragedi ini menjadi pengingat yang menyakitkan akan urgensi keseimbangan antara aktivitas manusia dan pelestarian alam. Kehilangan nyawa akibat konflik satwa liar seharusnya menjadi pelajaran berharga untuk lebih serius dalam menjaga kelestarian Harimau Sumatera dan mencegah kejadian serupa terulang kembali di masa depan.