Pada era pra-kemerdekaan, kemunculan media cetak berbahasa Melayu menjadi tonggak penting dalam penyebaran dan standardisasi bahasa di Nusantara, khususnya di Sumatera. Surat kabar dan majalah yang marak diterbitkan tidak hanya berfungsi sebagai sumber informasi, tetapi juga sebagai alat efektif untuk mendidik masyarakat dan menyatukan berbagai dialek Melayu yang ada, membentuk fondasi Bahasa Indonesia modern.
Media cetak seperti surat kabar “Bintang Timur” atau majalah “Panji Islam” berperan sebagai jendela dunia bagi masyarakat Sumatera. Berita-berita lokal, nasional, hingga internasional disajikan dalam Bahasa Melayu yang semakin terstandardisasi. Ini membantu meningkatkan literasi dan pengetahuan masyarakat luas, membuka wawasan mereka terhadap isu-isu penting yang berkembang saat itu.
Penyebaran media cetak ini secara langsung mendukung standardisasi Bahasa Melayu. Dengan satu ragam bahasa yang digunakan dalam publikasi, pembaca dari berbagai latar belakang suku dan daerah mulai terbiasa dengan ejaan, tata bahasa, dan kosakata yang seragam. Proses ini secara perlahan mengurangi variasi dialek dan memperkuat Bahasa Melayu sebagai bahasa komunikasi umum.
Bagi kalangan terpelajar di Sumatera, media cetak menjadi sarana penting untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Melayu yang baku. Mereka tidak hanya menjadi pembaca, tetapi juga kontributor, menulis artikel atau opini yang memperkaya konten. Interaksi ini menciptakan komunitas intelektual yang aktif, di mana diskusi dan pertukaran ide terjadi dalam Bahasa Melayu yang semakin mapan.
Pengaruh media cetak ini sangat terasa di Sumatera karena lokasinya yang strategis sebagai pusat perdagangan dan pergerakan nasional. Kota-kota seperti Medan, Padang, dan Palembang menjadi simpul-simpul penyebaran informasi dan Bahasa Melayu melalui surat kabar dan majalah yang didistribusikan secara luas, menjangkau lapisan masyarakat yang beragam di seluruh wilayah.
Selain berita, media cetak juga memuat berbagai genre tulisan, seperti cerita pendek, puisi, dan esai. Karya-karya sastra ini tidak hanya menghibur, tetapi juga turut membentuk selera berbahasa dan menginspirasi penulisan dalam Bahasa Melayu. Ini adalah cikal bakal perkembangan sastra modern Indonesia yang kelak akan terus berkembang.
Pentingnya media cetak dalam konteks pergerakan nasional juga tak bisa diabaikan. Publikasi-publikasi ini seringkali menjadi corong aspirasi kemerdekaan, menyuarakan semangat nasionalisme dan persatuan. Bahasa Melayu, yang distandardisasi melalui media ini, menjadi alat yang ampuh untuk menyatukan berbagai elemen bangsa dalam satu tujuan, meraih kemerdekaan.
