Tahayul: Menghambat Kemajuan dan Mengikis Semangat Ikhtiar

Tahayul memiliki dampak serius yang dapat menghambat kemajuan individu dan masyarakat. Jika seseorang percaya bahwa nasibnya sepenuhnya ditentukan oleh hal-hal tahayul, ia mungkin jadi pasrah dan tidak berikhtiar (berusaha) secara maksimal. Islam, sebagai agama yang mendorong kerja keras dan optimisme, justru mengajarkan pentingnya usaha dan tawakal (berserah diri) setelah berusaha, sebuah konsep yang berlawanan dengan kepasrahan buta akibat tahayul.

Kepercayaan pada tahayul menciptakan ilusi kontrol yang salah. Alih-alih fokus pada usaha nyata dan perencanaan yang matang, seseorang yang percaya tahayul akan mencari “jalan pintas” melalui ritual atau jimat. Ini secara langsung menghambat kemajuan karena energi dan waktu yang seharusnya digunakan untuk pengembangan diri dan inovasi justru terbuang percuma pada hal-hal yang tidak berdasar.

Praktik tahayul ini juga melemahkan semangat ikhtiar. Mengapa harus bekerja keras atau belajar giat jika nasib sudah ditentukan oleh angka sial atau posisi rumah yang tidak “hoki”? Pola pikir ini mereduksi potensi seseorang untuk mencapai kesuksesan, baik di dunia maupun akhirat, karena ia tidak lagi percaya pada kekuatan usahanya sendiri.

Islam mengajarkan bahwa setiap Muslim wajib berikhtiar semaksimal mungkin dalam setiap aspek kehidupannya. Allah SWT berfirman bahwa Dia tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka. Ayat ini secara tegas menolak pandangan pasrah dan menekankan pentingnya inisiatif, sebuah prinsip yang secara fundamental berlawanan dengan dampak praktik tahayul.

Setelah berusaha sekuat tenaga, barulah seorang Muslim diajarkan untuk bertawakal sepenuhnya kepada Allah. Tawakal bukan berarti pasrah tanpa usaha, melainkan berserah diri kepada keputusan Allah setelah melakukan segala yang terbaik. Ini adalah sumber ketenangan dan optimisme, bukan alasan untuk tidak berikhtiar, yang membedakannya dari kepercayaan tahayul yang penuh kecemasan.

Tahayul juga menunjukkan ketidakrasionalan dan kebodohan. Mengikuti kepercayaan tanpa dasar yang jelas berarti mengabaikan akal sehat yang telah Allah berikan. Ini juga secara tidak langsung menodai tauhid, karena menyandarkan harapan atau ketakutan pada selain Allah, mengikis kemurnian iman dan menyebabkan kecemasan yang tidak beralasan.

Untuk menghambat kemajuan tahayul, pendidikan dan pemahaman Islam yang komprehensif sangat diperlukan. Masyarakat harus diajarkan tentang pentingnya ikhtiar, tawakal, dan keyakinan murni pada Qada’ dan Qadar. Dengan demikian, mereka akan termotivasi untuk berusaha lebih keras dan mengoptimalkan potensi diri, alih-alih pasrah pada mitos yang menyesatkan.

Singkatnya, tahayul secara serius dapat menghambat kemajuan karena melemahkan semangat ikhtiar dan menyebabkan kepasrahan yang keliru. Praktik tahayul ini menunjukkan ketidakrasionalan dan kebodohan, menodai tauhid, serta menjadi sumber ketakutan dan kecemasan yang tidak beralasan. Islam mendorong usaha maksimal dan tawakal, sebuah jalan yang sangat berlawanan dengan pemikiran tahayul yang pasif dan merugikan.

Theme: Overlay by Kaira Extra Text
Indonesia, Sumatra

journal.pafibungokab.org

learn.pafipemkotkerinci.org

news.pafipemkotpalopo.org

bento4d

situs toto